ABSTRAK :
Selama periode lalu lintas puncak, yaitu ketika pesawat – pesawat yang menggunakan landasan pacu berkesinambungan, kapasitas landasan pacu sangat tergantung pada seberapa cepat pesawat yang baru mendarat dapat dikeluarkan dari landasan pacu. Keinginan penulis dalam skripsi ini, agar pembaca dapat mengetahui daerah landas hubung paralel dengan ketentuan yang ada dan mengerti tentang desain landas hubung paralel. Dalam desain landas hubung paralel, penulis memakai metoda FAA dan metoda ACN-PCN untuk mengetahui tebal perkerasan landas hubung tersebut.
Ada 5 jenis Pesawat yang menjadi acuan dalam menganalisa tebal perkerasan landas hubung antara lain, pesawat A319, A320, B737-400, B737-900, dan B767-400ER. Dimana tebal perkerasan dengan metoda FAA, dari pesawat besar pesawat B767-400ER tebal perkerasannya 105cm. Untuk tebal perkerasan metoda ACN-PCN, dari pesawat besar B767-400ER tebal perkerasannya 107cm. Aerodrom Design Manual (ICAO) mengharuskan setiap perkerasan Bandar Udara dipublikasikan dengan metoda ACN-PCN.
Bandara Adisutjipto termasuk pada Aerodrome Reference Code (ARC) 4D karena masih dalam koridor syarat ukuran wingspan diatas 36 m dan kurang dari 52 m, dan jarak keluar roda pesawat (OMGWS) antara diatas 9 m dan kurang dari 14 m. ANNEX 14 ICAO menyatakan bahwa jarak antara as taxiway dan runway untuk bandara kode 4D adalah 176 m. Dalam perencanaan dibuat sama yaitu 176 m.
Kata Kunci : Metoda perhitungan tebal perkerasan, CBR design, Metoda FAA, Metoda ACN-PCN
|