ABSTRAK :
Suatu pesawat memiliki fase terbang dari didarat sampai nanti didarat lagi atau satu kali penerbangan. Adapun fase-fase tersebut antara lain fase ground movement (pergerakan dari apron sampai ke posisi mau lepas landas (airbone)), kemudian fase take off, climbing, cruise, approach, decending, landing dan groung movement (bergerak ke apron untuk parkir).
Pada penelitian ini akan dianaisa kinerja atau prestasi landing pesawat GA-400 yang jatuh di Bandar udara adisutjipto dengan teoritik. Kecelakaan terjadi diasumsikan karena kesalahan pada saat landing yaitu kecepatan landing terlalu tinggi disebabkan flap tidak berhasil dijulurkan keluar sehingga panjang landas pacu tidak mencukupi. Selain itu pada sat landing pesawat GA-400 pada saat tauch-down di tengah landas pacu. Analisis perbandingan kejadian dibagi menjadi 3, yaitu landing kondisi actual, landing kondisi actual 1, dan landing referensi.
Pada landing aktual adalah landing dengan jarak sesuai dengan jarak landing pada kecelakaan, dimana jarak tersebut lebih pendek bila dibandingkan dengan jarak landing aktual 1 yaitu selisih 8.874,77 (ft) atau 2 kali lipat jarak landing aktual. Perbedaan tersebut terjadi karena pada landing aktual pesawat pada saat ground run terjadi impact sehingga pesawat terhenti. Untuk kondisi landing aktual 1 diasumsikan landasan atau runway tak terbatas, sehingga jarak landing tidak terganggu dengan adanya impact seperti pada landing aktual. Untuk kondisi landing referensi diasumsikan pesawat masuk runway sudah pada kondisi yang disyaratkan dimana diasumsikan ketinggian glide adalah 50 (ft). untuk kecepatan yang digunakan sesuai dengan referensi atau persyaratan, sehingga pesawat bila dalam kondisi referensi ini mampu landing pada landasan Adisutjipto. Dari hasil perhitungan jarak landing hanya 5,096.36 (ft) atau 1,553.38 (m).
Kata kunci: Landing, Jarak landing total, Landing actual, Landing actual 1, dan Landing referensi
|