© jkj,gwww.itda.ac.id 2025

Detail Skripsi

ANALISISKEGAGALANOILSYSTEMPADAAUXILIARY POWERUNIT(APU)PESAWATBOEING737-900ER MENGGUNAKANMETODEFAILUREMODEEFFECT ANALYSIS (FMEA)
Penulis
VIVIN ALFARIZI
Pembimbing : Eli Kumolosari, S.T., M.Eng - Dr. Okto Dinaryanto, S.T., M.M., M.Eng

ABSTRAK :
Perawatan dan pemeliharaan (maintenance) merupakan aspek krusial dalam dunia penerbangan untuk menjamin keselamatan, kenyamanan, dan keandalan operasi pesawat. Salah satu sistem penting yang mendukung operasional pesawat Boeing 737-900ER adalah Auxiliary Power Unit (APU), khususnya bagian oil system yang berperan dalam pelumasan dan pengendalian suhu komponen internal APU. Kegagalan pada sistem ini dapat berdampak serius terhadap fungsi APU dan kesiapan operasional pesawat. Berdasarkan data maintenance record periode 2019–2023, di mana sebagian di antaranya terkait langsung dengan oil system. Penelitian ini menggunakan metode Failure Mode and Effect ANALYSIS (FMEA) untuk mengidentifikasi mode kegagalan pada oil system APU Boeing 737-900ER, mengevaluasi dampaknya, serta menentukan prioritas penanganan berdasarkan parameter Severity, Occurrence, dan Detection. Berdasarkan hasil analisis kerusakan sistem pelumasan (oil system) pada Auxiliary Power Unit (APU) pesawat Boeing 737-900ER yang diperoleh dari data maskapai selama periode 2019–2020, ditemukan bahwa terdapat sejumlah faktor yang memengaruhi terjadinya kegagalan pada sistem ini. Faktor-faktor tersebut mencakup kontaminasi oleh partikel asing, kebocoran pada berbagai komponen (seperti Oil tubes, Vent line, lube module, hingga Starter generator), Missing Parts, serta kerusakan struktural seperti Cracks, Damage, dan Blockage. Penentuan nilai Risk Priority Number (RPN) pada masing-masing mode kegagalan dilakukan dengan menggunakan metode Failure Mode and Effect ANALYSIS (FMEA), yang melibatkan tiga parameter utama: Severity (S) sebagai ukuran tingkat keparahan dampak kegagalan, Occurrence (O) sebagai ukuran frekuensi atau kemungkinan terjadinya kegagalan, dan Detection (D) sebagai ukuran kemudahan dalam mendeteksi kegagalan tersebut. Nilai RPN dihitung dengan mengalikan ketiga parameter tersebut (RPN = S × O × D). Hasil perhitungan menunjukkan bahwa mode kegagalan dengan nilai RPN tertinggi (240) adalah Missing Parts, Damage, Crack, dan Contamination pada Oil cooler, yang mencerminkan tingkat risiko tertinggi karena kombinasi keparahan yang tinggi, frekuensi kejadian sedang, dan deteksi yang sangat rendah. Sementara itu, nilai RPN yang lebih rendah menunjukkan risiko yang lebih terkendali, biasanya karena kegagalan mudah dideteksi meskipun dampaknya cukup besar. Kata Kunci: Oil system, Auxiliary Power Unit (APU), Failure Mode and Effect ANALYSIS (FMEA).


Tulisan Lengkap dapat Dibaca di Ruang Tesis/Disertasi
Penulis : VIVIN ALFARIZI
NIM : 19040031
Foto :
File : [ Baca file skripsi ]
   

E-LibSTTA

Sistem Informasi Perpustakaan STTA Yogyakarta

© E-LibSTTA 2025