ABSTRAK :
Perawatan dan pemeliharaan (maintenance) merupakan aspek krusial
dalam dunia penerbangan untuk menjamin keselamatan, kenyamanan, dan
keandalan operasi pesawat. Salah satu sistem penting yang mendukung
operasional pesawat Boeing 737-900ER adalah Auxiliary Power Unit (APU),
khususnya bagian oil system yang berperan dalam pelumasan dan pengendalian
suhu komponen internal APU. Kegagalan pada sistem ini dapat berdampak serius
terhadap fungsi APU dan kesiapan operasional pesawat. Berdasarkan data
maintenance record periode 2019–2023, di mana sebagian di antaranya terkait
langsung dengan oil system. Penelitian ini menggunakan metode Failure Mode
and Effect ANALYSIS (FMEA) untuk mengidentifikasi mode kegagalan pada oil
system APU Boeing 737-900ER, mengevaluasi dampaknya, serta menentukan
prioritas penanganan berdasarkan parameter Severity, Occurrence, dan Detection.
Berdasarkan hasil analisis kerusakan sistem pelumasan (oil system) pada Auxiliary
Power Unit (APU) pesawat Boeing 737-900ER yang diperoleh dari data maskapai
selama periode 2019–2020, ditemukan bahwa terdapat sejumlah faktor yang
memengaruhi terjadinya kegagalan pada sistem ini. Faktor-faktor tersebut
mencakup kontaminasi oleh partikel asing, kebocoran pada berbagai komponen
(seperti Oil tubes, Vent line, lube module, hingga Starter generator), Missing
Parts, serta kerusakan struktural seperti Cracks, Damage, dan Blockage.
Penentuan nilai Risk Priority Number (RPN) pada masing-masing mode
kegagalan dilakukan dengan menggunakan metode Failure Mode and Effect
ANALYSIS (FMEA), yang melibatkan tiga parameter utama: Severity (S) sebagai
ukuran tingkat keparahan dampak kegagalan, Occurrence (O) sebagai ukuran
frekuensi atau kemungkinan terjadinya kegagalan, dan Detection (D) sebagai
ukuran kemudahan dalam mendeteksi kegagalan tersebut. Nilai RPN dihitung
dengan mengalikan ketiga parameter tersebut (RPN = S × O × D). Hasil
perhitungan menunjukkan bahwa mode kegagalan dengan nilai RPN tertinggi
(240) adalah Missing Parts, Damage, Crack, dan Contamination pada Oil cooler,
yang mencerminkan tingkat risiko tertinggi karena kombinasi keparahan yang
tinggi, frekuensi kejadian sedang, dan deteksi yang sangat rendah. Sementara itu,
nilai RPN yang lebih rendah menunjukkan risiko yang lebih terkendali, biasanya
karena kegagalan mudah dideteksi meskipun dampaknya cukup besar.
Kata Kunci: Oil system, Auxiliary Power Unit (APU), Failure Mode and Effect
ANALYSIS (FMEA).
|