ABSTRAK :
Pesawat latih Grob G 120TP-A yang dioperasikan TNI Angkatan Udara di
Skadron Teknik 043 LANUD Adisutjipto Yogyakarta mengandalkan Beta
System sebagai komponen kritis untuk mengatur sudut reverse propeller guna
menghasilkan gaya pengereman (drag) saat pendaratan. Namun, sistem ini kerap
mengalami kegagalan sebelum mencapai usia operasional maksimal 3.000 jam
terbang. Penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat risiko kegagalan Beta
System menggunakan metode Risk Priority Number (RPN) berbasis Failure Mode
and Effect Analysis (FMEA). Metode FMEA digunakan untuk mengidentifikasi
mode kegagalan, penyebab, dan efeknya, sementara RPN dihitung berdasarkan
tingkat keparahan (severity), kemungkinan kejadian (occurrence), dan
kemampuan deteksi (detection) untuk menentukan prioritas perbaikan. Data
kegagalan diambil dari catatan perawatan tahun 2016–2023, mencakup 40 insiden
2 batas usia Max pada 17 pesawat. Hasil analisis menunjukkan bahwa
komponen bushing memiliki nilai RPN tertinggi (280) akibat vibration yang
disebabkan ukuran bushing tidak sesuai standar (<12,9 mm). Kegagalan ini terjadi
34 kali (85% dari total insiden). Komponen lain seperti Tachometer
Generator (RPN 90) dan Beta cover (RPN 90) juga Beta Oil pressure RPN (105)
hampir mendekati resiko sedang memerlukan perhatian, meskipun dengan tingkat
risiko rendah.
Kata Kunci: Beta System, Risk Priority Number (RPN), FMEA, Grob G 120TP
A, Vibration, Perawatan Preventif.
|