ABSTRAK :
Menurut sebuah jurnal penelitian fisika menjelaskan bahwa suhu udara berbanding terbalik dengan kerapatan udaranya, suhu menurun terhadap ketinggian maka besarnya kerapatan udara berbeda untuk setiap ketinggian (level) sedangkan tekanan udaranya semakin berkurang, berkurangnya tekanan dan kerapatan udara, akan mengefesiensikan daya kerja pesawat selama terbang. Pesawat komersil moderen seperti Boeing di rancang agar dapat melakukan penerbangan dengan tinggi jelajah rata-rata pada 35.000 feet, sedangkan manusia atau passanger hanya dapat bernapas dengan nyaman dan tanpa bantuan oxygen di kisaran ketingian 5.000 - 8.000 feet. Maka oleh sebab itu sebuah pesawat komersil moderen sekelas Boeing dilengkapi dengan system Air Conditioning and Pressurization. Hal tersebut juga tertulis pada Federation Avition Administration(FAA).
Penelitian ini dilakukan pada pesawat B737-500 yang mengalami kegagalan maintaining cabin air pressure pada saat pesawat melakukan penerbangan dengan route UPG-JOG yang dilaporkan melalui AFL. Dilakukan analisis MEL untuk penanganan troubleshooting, setelah itu dilakukan analisis menggunakan metode fault tree analysis (FTA) untuk menganalisa penyebab dari kondisi kegagalan pada pressurise system yang menyebabkan gangguan dalam maintaining cabin air pressure.
Setelah melakukan visual inspection ditemukan kerusakan pada air cycle machine, heat exchanger dan pack valve (flow control shutoff valve) dilakukan penanagan dengan melakukan penggantian komponen. Dilakukan operational test didapati hasil sistem kembali normal dengan indikasi penurunan tekanan terhadap waktu tidak kurang dari 100 second. Dilanjutkan dengan mengalaisis penyebab-penyebab kegagalan yang mungkin muncul menggunakan FTA didaptkan 37 basic event yang dapat menyebabkan terjadinya top event dari penyebab kegagalan fungsi pada pressurise system.
kata kunci : Pressurise system, Fault Tree Analysis, penyebab, maintaining cabin air pressure
|