ABSTRAK :
Bandar Udara Adisutjipto ditingkatkan statusnya menjadi Bandar Udara Internasional. Hal itu dikarenakan semakin banyaknya pengguna transportasi udara saat ini, sehingga kegiatan latihan terbang militer yang telah ada dan kedepannya akan mengganggu keefektifan belajar para kadet penerbang. Sehingga dikembangkan lah Lapangan Terbang Gading yang akan digunakan sebagai lapangan terbang penunjang atau pembantu kegiatan terbang militer tersebut. Oleh karena itu, penulis mengkaji dan menganalisis pengembangan sisi udara yang meliputi runway, taxiway, dan apron serta alat bantu navigasi di Lapangan Terbang Gading ini. Metode yang digunakan untuk menganalisis kelayakan lapangan terbang tersebut menggunakan ketentuan ICAO dan FAA.
Sisi udara di Lapangan Terbang Gading memiliki dimensi runway 1400 m x 45 m. Dari perhitungan mencari ARFL dapat diketahuai bahwa Lapangan Terbang Gading memiliki effective lenght 1064 m. Pesawat KT – 1B memerlukan panjang landasan 244 m untuk dapat melakukan take-off. Dengan demikian, Lapangan Terbang ini aman digunakan oleh KT – 1B ataupun jenis – jenis pesawat yang memiliki ARFL kurang dari 1064 m. Menurut ketentuan ICAO Annex 14 termasuk dalam kategori 2A. Sedangkan menurut FAA yang tertulis dalam airplane design group dilihat dari bentang sayap aircraft critical KT – 1B yang akan digunakan maka masuk dalam kategori Aeroplane Group I yaitu < 15 m (49 ft).
Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa fasilitas sisi udara yang meliputi runway, taxiway, dan apron pada Lapangan Terbang Gading sudah memenuhi standar ketentuan ICAO dan FAA. Fasilitas alat bantu navigasi belum terdapat pada Lapangan Terbang Gading. Lapangan Terbang Gading akan dapat digunakan untuk menunjang aktifitas latihan terbang apabila memiliki beberapa alat bantu Airfield Lighting System seperti Precision Approach Path Indicator (PAPI), Runway Edge Light, Taxiway Edge Light, Apron Floodlighting, dan Wind Cone.
Kata kunci :Lapangan Terbang Gading, Pesawat Latih
|