ABSTRAK :
Penerbangan perintis wilayah NTB dan NTT sangat diperlukan untuk menunjang kemajuan wilayah tersebut. Dan juga untuk menghubungkan ke daerah terpencil dan pendalaman atau daerah yang masih sulit dilalui oleh moda tranportasi lain. Dalam analisis ini penulis menghitung dengan menggunakan program “Microsoft Office Exel 2010”
Skripsi ini menghitung Biaya operasional Menggunakan referensi ATA 1967, NASA 2005, dan Hisar M. Pasaribu 2002. Rincian cara perhitungan Biaya Operasional terdiri dari Direct Operating Cost (DOC) dan Indirect Operating Cost (IOC). DOC meliputi biaya crew, biaya bahan bakar, biaya perawatan, biaya sewa, biaya asuransi. Sedangkan IOC meliputi biaya pelayanan di darat, biaya pelayanan penumpang, biaya promosi dan biaya administrasi.Tipe Pesawat Nusantara 219 dengan rute Waingapu-Labuhan Bajo Total Operating Cost (TOC) sebesar 869,48826 USD/BH dan didapat acuan Harga tiket dengan menggunakan load faktor 100% sebesar Rp. 626.169 dan rute Labuhan Bajo – Bima Total Operating Cost (TOC) sebesar 886,90064 USD/BH dan didapat acuan Harga tiket dengan menggunakan load faktor 100% sebesar Rp. 638.709. SedangkanTipe Pesawat Cessna 208 dengan rute Waingapu-Labuhan Bajo Total Operating Cost (TOC) sebesar 669,45384 USD/BH dan didapat acuan Harga tiket dengan menggunakan load faktor 100% sebesar Rp.654.295dan rute Labuhan Bajo – Bima Total Operating Cost (TOC) sebesar 679,03538 USD/BH dan didapat acuan Harga tiket dengan menggunakan load faktor 100% sebesar Rp. 663.660.
Sehingga Pengoperasian Pesawat Nusantara 219 diwilayah perintis NTB NTT sangat efesien digunakan karena harga tiketnya lebih murah di bandingkan dengan harga tiket yang ada, dan biaya operasinalnya rendah. Dengan Operating Cost yang rendah maka keuntungan dapat diperoleh.
|